Senin, 04 April 2011

TANAMAN KUBIS


PENDAHULUAN
Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea var. sylvestris, yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, pantai Inggris, Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perenial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman biennial. Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari sampai 150 hari. Daun kubis segar rasanya renyah dan garing sehingga dapat dimakan sebagai lalap mentah dan matang, campuran salad, disayur, atau dibuat urap. Kubis dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas.


BUDIDAYA TANAMAN GUBIS
1. Sebelum Tanam
Varietas
  • Pemilihan varietas untuk pertanaman merupakan langkah awal dalam pelaksanaan budidaya tanaman sehingga dalam pemilihan ini benar-benar dilaksanakan dan dipikirkan apa yang akan ditanam.
Waktu Tanam
  • Setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih banyak.
  • Bibit sudah berumur kira-kira 3 minggu
Persiapan lahan
  • 2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bedeng-bedeng dengan ukuran bedengan 1 m. Bagian yang akan dibuat timbunan ini berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas bedengan.
  • Tanah di atas bedengan harus benar-benar gembur. Untuk itu tanah olah harus dicangkul kembali sehingga bongkahan (lungko) menjadi lebih kecil.
  • Taburkan pupuk kandang di atas tanah, kemudian tutup dengan lapisan tanah setebal 10 cm.
Persemaian
  • Buatlah petakan dengan ukuran 1 x 3 m, setinggi 30 cm.
  • Campurkan pupukkandang yang benar-benar matang kedalam petakan tersebut.
  • Biarkan 3-4 hari supaya tanah terkena sinar matahari langsung. Bersihkan gulma yang mulai tumbuh.
  • Pasang naungan dari daun pisang atau daun kelapa supaya tanaman tidak terkena sinar matahari atau hujan secara langsung.
  • Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah persemaian setiap pagi dan sore dengan menggunakan gembor yang halus. Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang tanaman yan terserang.
Waktu Tanam
  • Tanamlah bibit kubis yang sudah siap dari persemaian (setelah berumur 3-4 minggu) dengan jarak tanam 60 x 70 cm, dengan cara memasukkan benih kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutuplah dengan tanah.
  • Berikan pupuk dasar 5 gram TSP/SP 36 dan 5 gram KCL per tanaman dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam.
2. Setelah Tanam
Awal Pertumbuhan (0 – 15 hari)
  • Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan, bias dengan batang pisang, bisa juga dengan daun-daunan yang lain supaya tanaman tidak layu.
  • Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup.
  • Tanaman yang mati disulam.
  • Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 1 gram Urea pertanaman, dengan cara ditunggalkan 5 cm dari tanaman.
  • Pengendalian hama secraa mekanis “pithesan”, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari.
Fase Pembentukan daun (15 – 35 hari)
  • Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari
  • Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari.
  • Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya.
  • Pengendalian hama dengan cara “pithesan”
Fase Pembentukan telur (35 – panen)
  • Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis
  • Pengendalian hama dengan cara “pithesan” , yaitu dengan mengambil hama yang ada kemudian dibunuh.
  • Jika telur kubis sudah keras dan masif, siap untuk dipanen.
Pengamatan
Dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan. Cara pengamatan petunjuk umum.

3. Hama Tanaman Kubis
  1. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella)
Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara “pithesan” yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.
  1. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis)
Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah besar garis-garis coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip yang telurnya dietakkan secara menyebar, ulat jantung kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama dengan ulat tritip.
  1. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)
Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat tritip.
  1. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon)
Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah secara berhati-hati disekitar tanaman yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan atau curater.

JENIS-JENIS KUBIS
  1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) Daunnya membentuk krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih.
  2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) Daunnya tidak membentuk krop dan berwarna hijau.
  3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) Tunas samping dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop kecil.
  4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L) Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau.
SYARAT TUMBUH
  1. Tanaman kubis tumbuh baik pada tanah gembur, mudah menahan air (sarang) dan tanah tersebut banyak mengandung humus.
  2. Menghendaki iklim dengan suhu relatif rendah, kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 2000 dpl serta beberapa jenis misalnya KK Cross, KY Cross cocok untuk dataran rendah.
PENGOLAHAN TANAH
Pencangkulan tanah dilakukan sebanyak 2 kali, pencangkulan pertama sedalam 30 cm, kemudian dibiarkan dahulu untuk mendapat sinar matahari selama 7 – 10 hari. Baru setelah itu dicangkul untuk kedua kalinya sekaligus diberi pupuk kandang sebanyak 15 – 20 ton /ha dan dibuatkan bedengan selebar 120 cm, panjang 3 – 5 meter.

PENANAMAN
  1. Tanaman kubis diperbanyak dengan biji. Biji harus disemai terlebih dahulu dengan ditabur dalam barisan dengan jarak 5 cm. Kebutuhan benih 150 – 300 gr/ha.
  2. Bibit kubis yang telah berumur 1 bulan dipindahkan ke bedengan dengan jarak 50 x 60 cm.
PEMELIHARAAN
  1. Pemupukan:
Pada waktu berumur 2 dan 4 minggu setelah tanam diberikan pupuk buatan urea 225 kg/ha, DS 500 kg/ha dan ZK 170 kg/ha.
  1. Gulma:
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput atau dengan menggunakan herbisida.
  1. H a m a:
Hama ulat kubis (Plutella maculipennis), dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1-2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan Bayrusil 13 cc/1 air.
  1. Penyakit:
Penyakit busuk akar yang disebabkan Rhizoktonia sp dapat dikendalikan dengan bubur Bordeaux atau fungisida yang dianjurkan. Sedangkan penyakit penting lainnya adalah busuk hitam (Xanthomonas campestris) dan busuk lunak bakteri Erwinia carotovora dan penyakit pekung Phomalincran penyakit kaki gajah (Plasmodiophora brassicae) belum dapat diatasi. Bila ada tanaman yang terserang segera dicabut lalu dibakar. Pengaruh Berbagai Macam Pupuk Organik dan Dosis Pengapuran terhadap Perkembangan Penyakit Akar Bengkak (Plasmodiophora brassicae Woronin) pada Tanaman Kubis.
Mengatahui pengaruh interaksi antara berbagai macam pupuk organik dan dosis pengapuran pada budidaya tanaman kubis terhadap perkembangan penyakit akar bengkak. Pupuk organik yang digunakan adalah kotoran ayam, kotoran kambing dan bokashi yang kesemuanya dicampur dengan agens antagonis Trichoderma spp., sedang kapur yang digunakan adalah kapur dolomit dengan dosis 1, 2 dan 3 ton/ha. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan 4 ulangan, dilaksanakan di lahan milik UPTD BPP Pakopen, Dinas Pertanian Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis pupuk organik dan dosis pengapuran memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rerata jumlah daun kubis, insiden serangan penyakit dan tingkat keparahan penyakit akar bengkak. Namun diantara perlakuan yang ada, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam mempengaruhi insiden serangan penyakit maupun tingkat keparahan penyakit angkar bengkak. Sedang untuk menghasilkan produksi krop kubis tertinggi maka perlakuan yang terbaik adalah penggunaan pupuk organik bokashi plus Trichoderma spp. yang nenghasilkan berat krop rata-rata 0,986 kg/krop dan perlakuan dosis pengapuran 2 ton/ha yang menghasilkan berat krop rata-rata 0,853 kg/krop.

PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 – 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 – 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah.
Sumber: Badan Litbang, 1986
Ringkasan bercocok tanam, tanaman perkebunan dan industri,
buah-buahan dan sayuran.
BIPP Timor-Timur, 1997 Kubis Telur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Tags

Blog Archive