SEJARAH TEMBAKAU MADURA
Ketika istilah tembakau disebut, nama Madura tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Seakan nama tembakau telah menyatu dan mem batu dalam kehidupan Madura. Artinya, menyebut tembakau secara otomatis juga menyebut Madura, sehingga muncul istilah Tembakau Madura atau Madura sebagai basis daun tembakau yang selalu menjadi harapan orang-orang Madura.
Hal ini terjadi, karena bagi orang-orang Madu ra, tembakau telah menjadi bagian yang include dalam kehidupan Madura, bahkan telah menjadi sesuatu yang selalu diharapkan oleh seluruh masya rakat Madura. Tidak heran kalau pada gilirannya, namun tembakau memiliki sinonim yang sangat luar biasa di kalangan masyarakat Madura sebagai daun emas. Daun emas berarti dengan tembakau yang dipanen, orang-orang Madura dapat membeli emas dan mendapat banyak uang. Sebab, dengan tembakau orang madura memili ki harapan sangat besar mendapatkan banyak uang dan bisa jadi juga mendapatkan emas. Terlalu muda bagi orang madura, apabila musim panen tembakau tiba, tidak jarang orang Madura menjadi kan momentum ini sebagai momentum penuh nik mat, akibat keuntungan yang dipetik dari daun e-mas bernama tembakau.
Akibatnya, sejak dahulu kala sampai kini bagi masyarakat Madura, tembakau tetap menjadi pili han primadona yang idak terkalahkan. Kesadaran akan makna penting tembakau bagi orang-orang Madura bahkan lebih dari hanya sekedar itu : tem bakau telah dianggap sebagai musim penuh nikmat yang tidak boleh terlewatkan begitu saja. Hampir semua tanah, baik persawahan maupun pegunu ngan pada saat musim tembakau penuh dengan tanaman daun emas ini. Para petani bunting banting tulang siang malam dan cari modal sana sini hanya untuk membuktikan bahwa tembakau merupakan satu-satunya yang selalu diharapkan. Ihwal Tembakau Madura Dalam bukunya “Madura Dalam Empat Zaman” : Pedagang Perkembangan Ekonomi, dan Islam” (1989 : 45), Huub de Jonge menulis bahwa timbul nya dan penyebarluasan penanaman tembakau komersial di Madura sangat banyak ditentukan oleh perkembangan agraris di pualu tetangga Jawa. Ba ik tanaman perdagangan waktu sistem Tanam Paksa maupun pertanian perkebunan dalam tahun-tahun kemudian, secara tidak langsung mempunyai arti penting bagi budidaya tembakau rakyat Madura.
Tulisan Huub de Jonge di atas merupakan bukti sangat sederhana bahwa proses tataniaga di Ma dura, sebenarnya merupakan tradisi impor yang datang dari luar Madura dan bukan merupakan tradisi asli masyarakat Madura. Walaupun, kini tem bakau telah menjadi bagian dari Madura Tembakau dan Madura telah menjadi satu bagian yang nota bene tidak bisa terpisahkan. Bahkan, kini tembakau madura menjadi temba kau yang selalu diperhitungkan. Tidak heran kalau pada gilirannya tembakau Madura menjadi incaran pengusaha, karena kualitas yang sulit ditemukan di daerah-daerah lain di luar madura. Tembakau Madura sepertinya telah menjadi idiom faktual yang menaburkan aroma harum dan enak sebagai kon sumsi rokok.
Tembakau Prancak misalnya, merupakan tem bakau idaman di daerah Kabupaten Sumenep yang diyakini memiliki kualitas sebagai tembakau terbaik dalam konteks lokal Sumenep, bagi masyarakat Prancak Pasongsongan ini, musim tembakau benar-benar menjadi musim terindah dengan kenikmatan uang yang berlimpah akibat panen tembakau. Bisa jadi, bagi masyarakat Prancak, musim tembakau merupakan musim kemenangan yang selelu ditunggu dan ditunggu. Artinya, walaupun tembakau merupakan tradisi impor dari luar Madura, ternyata tanah Madura yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai tanah yang meranggas dan tidak produktif, pada sisi yang lain menyimpan potensi tembakau yang tidak bisa disepelekan. Madura diakui ataupun tidak telah menjadi penyumbang tanaman yang tidak bisa disepelekan. Karena tembakau yang dilahirkan dari rahim tanah Madura telah membuktikan sebagai salah satu tembakau yang sangat bernilai dan menjadi rebutan pabrik rokok.
Karena secara historis, usaha untuk mentemba kaukan Madura pada awalnya tidak lepas dari rin tangan dan penuh dengan liku-liku, sebelum masuk ke Madura proses uji coba penanaman tembakau di Madura tidak seperti yang terjadi saat ini. Pertim bangan-pertimbangan dari Pemerintah Belanda pada waktu itu benar-benar menjadi alasan betapa penanaman tembakau di Madura menghadapi rinta ngan. Stigma klasik tanah Madura yang tidak produk tif menjadi catatan bagi pemerintahan ketika itu untuk mempertimbangkan penanaman tembakau di bumi Madura.
Menuru Huube de Jonge (hlm. 148), di Madura dalam tahun 1830 diadakan percobaan dengan tembakau. Namun residen Surabaya segera mem beritahukan kepada Gubernur Jenderal, Madura sama sekali tidak cocok untuk penanaman temba kau. Lahan-lahannya yang rendah penuh dengan batu-batu dan tanahj yang tinggi mengandung terlalu banyak kapur. Lagi pula sangat kekurangan air, sehingga “semua budidaya tanaman yang mem butuhkan pengairan atau kelembaban, tidak akan berhasil disana”. Karena ekspremen dengan tana man-tanaman lain, pada waktu itu Madura selamat dari tanaman paksa yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial. Namun demikian, menurut Huube (hlm. 149), orang-orang Madura dapat mengenal penanaman tembakau dengan cara lain. Banyak orang Madura dalam waktu singkat atau lama memperoleh peker jaan di budidaya tembakau gubernemen di Jawa. Para migran ini bekerja sebagai kuli di gudang-gu dang tembakau atau dengan menerima bayaran, mereka mengganikan petani jawa, yang dengan jalan ini dapat melepaskan diri dari kerja paksa.
Setidaknya sejak itulah, orang-orang Madura mulai dapat mengenal budidaya tembakau, yang pada gilirannya menjadi tanaman unik dan idaman masyarakat Madura. Tembakau dalam bahasa yang terlalu ideal bisa disebut telah menjadi pangkuan utama bagi masyarakat Madura sepanjang masa. Orang-orang Madura sampai kini mungkin masih menganggap tembakau sebagai dewa penolong yang selalu menaburkan berkah dan diidamkan dalam setiap tahun.
Selanjutnya, darimanapun asal mula penana man tembakau, hari ini Madura telah membuktikan sebagai daerah produk tif untuk budidaya temba kau. Asumsi yang pernah ditakutkan oleh Pemerintah kolonial Belanda dulu, ternyata tidak bisa dija dikan sebagai kesimpulan untuk mengatakan Madu ra sebagai daerah kering yang tidak bisa menyimpan apa-apa. Madura memang meranggas, tetapi tidak sepenuhnya, karena budidaya tembakau yang se tiap musim menjadi primadona masyarakat Madura menjadi bukti konkrit tentang Madura yang sebe narnya. Tembakau Madura masih tetap bisa dian dalkan.
KESULITAN YANG DIHADAPI PETANI TEMBAKAU MADURA
Petani Tembakau di Pamekasan Kesulitan Modal
Pamekasan – Petani tembakau di Desa Tattango, wilayah Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, mengaku kesulitan modal, biaya tanam tembakau menyusul hujan turun selama sebulan berturut-turut yang menyebabkan tanaman tembakaunya mati. Para petani mengaku, sudah tiga kali menanam tembakau akibat hujan yang terjadi selama ini. Bahkan mereka juga kesulitan untuk mendapatkan bibit tembakau. “Saya terpaksa membeli bibit tembakau ke Kabupaten Sumenep, karena disini semua bibit tembakau sudah habis,” kata ketua kelompok tani di wilayah tersebut, Abdul Mudin, Senin.
Saat ini, kata Abdul Mudin, harga bibit tembakau sangat mahal. Yakni dalam kisaran antara Rp25.000 hingga Rp27.000/ seribu batang bibit tembakau. Harga tersebut jauh lebih mahal dibanding dengan harga yang berlaku pada Mei 2009, sebelum hujan mengguyur wilayah Kabupaten Pamekasan. Saat itu, harga bibit tembakau hanya Rp10.000 hingga Rp12.000/ seribu batang bibit tembakau.
Padahal kata dia, biaya tanam tembakau sangat mahal. Untuk 1 hektar luas lahan tanaman tembakau membutuhkan biaya sekitar Rp12 juta dengan kebutuhan pupuk sekitar 9 kwintal. Sementara dalam dua pekan terakhir ini pupuk mulai menghilang dari pasaran. Patani juga kesulitan untuk membeli pupuk, terutama jenis pupuk urea. “Kami sudah tidak punya modal. Sebagian warga disini terpaksa berhitang ke orang yang punya uang dengan bunga 50 persen,” katanya. Jika pinjamannya Rp1 juta, nantinya petani harus mengembalikan sebesar Rp1,5 juta, setelah musim petani panen tembakau. Menurut Abdul Mudin, hal itu terpaksa dilakukan karena para petani sudah tidak memiliki pilihan lain. Untuk pinjan ke bank, mereka tidak memiliki agunan, sedang pemerintah tidak menyediakan dana talangan. Persoalan modal tanam tembakau yang dialami Abdul Mudin bersama 99 petani lainnya di wilayah Kecamatan Proppo, Pamekasan ini ternyata juga dialami petani lain di wilayah Kecamatan Pademawu. “Saya sendiri juga sudah menanam sebanyak tiga kali, akibat hujan yang turun secara terus menerus dalam selama sebulan terakhir ini,” kata Kurniawan, petani tembakau di wilayah Kecamatan Pademawu, Pamekasan.
Sebelumnya Ketua Komisi B DPRD Pamekasan, Ismail A Rahiem mengakui, memang banyak menerima laporan dari masyarakat petani di Pamekasan, bahwa dalam sepekan terakhir ini persediaan pupuk di Pamekasan kosong. Khusus pupuk jenis urea yang selama ini banyak digunakan para petani. Kekosongan pupuk itu, kata Ismail, hampir terjadi di semua kios penjual pupuk yang ada di Kabupaten Pamekasan baik di daerah pedesaan maupun kios pupuk di pinggiran kota. “Kami masih akan menyerap informasi terkait persoalan ini ke Pemkab Pamekasan dan para distributor pupuk. Yang jelas persoalan kekosongan pupuk urea ini harus segera tertangani,” katanya. Ismail menambahkan, kekosongan persediaan pupuk tidak perlu terjadi sebab sejak awal para kelompok tani dan dinas terkait di lingkungan Pemkab Pamekasan sudah membuat rencana definitif kebutuhan pupuk. “Urea memang bukan satu-satunya pupuk untuk tanaman tembakau tapi bagi masyarakat petani tembakau, pupuk jenis ini sudah dipercaya sehingga mereka tidak mau beralih ke jenis pupuk lain meski kualitas nya sama,” katanya. Informasi yang diperoleh dari para distributor pupuk di Pamekasan, menurut Ismail, kekosongan pupuk ini terjadi karena pendistribusiannya lambat. Akibatnya, pihak distributor juga menghentikan penyaluran ke seluruh kios-kios pupuk yang tersebar di 13 kecamatan di Pamekasan sebelum tambahan stok tiba di gudang distributor.
Petani di Pamekasan Kesulitan Bibit Tembakau
Pamakesan – Para petani di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, kini kesulitan mendapatkan bibit tembakau, menyusul banyaknya warga yang melakukan tanam ulang akibat lahannya tergenang air dalam sebulan terakhir ini. Kondisi semacam ini menyebabkan harga bibit tembakau naik, kata petani tembakau di Pademawu, Pamekasan, Ismail, Jumat. Sebelumnya harga bibit tembakau dalam kisaran antara Rp10.000 hingga Rp12.000/seribu batang, namun dalam tiga hari terakhir ini naik menjadi Rp25.000. Bahkan ada yang menjual hingga Rp27.000/ seribu batang. “Sekarang ini persediaan bibit tembakau kan terbatas, sedang kebutuhan petani sangat anyak,” katanya.
Dulu, kata dia, sebelum hujan turun, petani sangat mudah membeli bibit tembakau dan harganya murah. Tapi setelah sering turun hujan dan petani tembakau banyak yang menanam ulang, harga bibit secara otomatis akan naik. Sebagian petani tembakau di Desa Murtajih, Kecamatan Pademawu, Pamekasan menyatakan akan melakukan tanam ulang tembakau, karena jenis tanaman tersebut merupakan harapan satu-satunya tanaman petani yang banyak mendatangkan rupiah. “Soalnya kalau lagi mujur, kuntungan petani tembakau cukup banyak dalam menanam tembakau, tidak seperti tanaman lainnya,” kata Samsul, warga Pademawu. Akibat hujan yang turun secara terus menerus dalam sebulan ini, banyak tanaman tembakau mati, akibat tergenang air.
Hal ini bukan hanya terjadi di Kecamatan Pademawu saja, tapi juga di terjadi di wilayah kecamatan lain di Pamekasan. Seperti di wilayah Kecamatan Proppo, Tlanakan, Pakong, Pegantenan, Palengaan, Kadur, Larangan dan Kecamatan Galis. Ketua komisi B DPRD Pamekasan, Ismail A Rahiem, mengatakan, perlu ada sosialisasi lebih intensif yang perlu dilakukan Pemkab Pamekasan dalam beberapa hal, seperti tanaman alternatif dan prediksi cuaca. “Prakiraan cuaca ini perlu disosialisasikan kepada para petani jauh sebelum masa tanam tembakau, paling tidak akan menjadi pertimbangan petani untuk menanam tembaku. Sebab jika hujan turun secara terus menerus, seperti musim kemarau tahun ini petani kan rugi,” katanya.
Terkait dengan tanaman alternatif, Ismail menilai petani akan menemui kesulitan selain menanam tembakau, karena penjualannya sering menemui kendala setelah musim panen tibna, tidak semudah tanaman tembakau. Kondisi semacam itu jelas akan menjadi pertimbangan petani untuk beralih ke tanaman jenis lain.
Petani Di Pameksan Kesulitan Mencari Pupuk
Puluhan petani tembakau kebingungan di Kabupaten Pamekasan, sejak sepekan terakhir. Pasalnya, mereka kesulitan mendapatkan pupuk urea untuk tanaman tembakaunya. Sebab agen-agen pupuk yang biasa tersedia saat ini kosong. Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Pamekasan, Ismail A Rahiem, pada wartawan saat ditemui di gedung dewan setempat, Jumat (5/6). Ia mengaku, saat ini stok pupuk urea kosong di Pamekasan. “Para petani tembakau banyak yang melaporkan kasus ini pada kami. Mereka mengaku kesulitan untuk mendapatkan pupuk urea. Padahal barang tersebut sangat dibutuhkan oleh mereka,” terang Ismail.
Menurut Ismail, kekosongan pupuk urea ini disebabkan keterlambatan pengiriman pupuk urea terhadap distributor di Pamekasan. Sehingga pihak distributor menghentikan pendistribusian pupuk urea ke seluruh agen yang tersebar di 13 kecamatan yang ada di Pamekasan. “Dan distributor bisa menyalurkan kembali pupuk ureanya pada agen-agen jika ada tambahan stok tiba di gudang distributor,” ungkapnya. Ismail menjelaskan, kasus kekosongan pupuk urea seharusnya tidak perlu terjadi. Sebab, pemkab Pamekasan dan kelompok tani sudah membuat rencana definitif tentang kebutuhan pupuk sejak awal. “Logikanya, jika hal itu sudah dilakukan tidak mungkin ada kasus kekosongan pupuk urea seperti yang dialami saat ini. Saya menduga ada yang tidak beres ini,” ucapnya. Ia menambahkan, kekosongan pupuk urea terjadi di seluruh agen-agen pupuk urea. Baik di daerah perkotaan maupun di tingkat desa. Sehingga para petani tembakau kelimpungan semua untuk mendapatkan pupuk urea. “Kami akan lakukan langkah kongkrit terkait masalah kekosongan pupuk urea. Supaya kasus kekosongan pupuk urea ini tidak berlarut-larut. Sebab yang dirugikan dalam masalah ini adalah petani,” ujarnya. Ia menambahkan, petani tembakau selalu menggunakan pupuk urea untuk menyuburkan tanamannya. Ia mengaku, urea memang bukan satu-satunya pupuk untuk tanaman tembakau, tapi bagi petani tembakau pupuk jenis ini sudah dipercaya dan enggan beralih ke jenis lain.
ADAYA JEMBATAN SURAMADU
Setelah rampunya jembatan suramadu sudah terlaksana di madura yang sebagian acara berbagi dan pengenalan teknologi juga untuk mempersiapkan masyarakat madura menghadapi investor dan segala dampak baik dan buruk pasca pembangunan Jembatan Suramadu Selesai dalam pengerjaannyaBV. Tujuan Pembangunan Jembatan Suramadu
Jembatan Surabaya-Madura atau lebih dikenal dengan Jembatan Suramadu merupakan bagian dari Proyek Tri Nusa Bima Sakti yang misinya adalah menghubungkan ketiga pulau, yaitu Jawa – Sumatera, Jawa – Bali dan Surabaya – Madura yang pada awalnya ditetapkan melalui Instrulsi Presiden pada tahun 1986.
Jembatan Surabaya-Madura atau lebih dikenal dengan Jembatan Suramadu merupakan bagian dari Proyek Tri Nusa Bima Sakti yang misinya adalah menghubungkan ketiga pulau, yaitu Jawa – Sumatera, Jawa – Bali dan Surabaya – Madura yang pada awalnya ditetapkan melalui Instrulsi Presiden pada tahun 1986.
Pengukuhan proyek “Jembatan Surabaya – Madura dan Pengembangan Kawasan” sebagai proyek nasional adalah dengan diterbitkannya Keppres No. 55 Tahun 1990 tentang Proyek Pembangunan Jembatan Madura. Hal-hal utama yang menjadi latar belakang pembangunan Jembatan Suramadu :
- Gerbangkertosusila yang terdiri daru Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan merupakan pusat pemerintahan, industri, perdagangan, maritim dan pendidikan.
- Kurangnya aksesibilitas di Pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Sumenep dan Pamekasan) yang mengakibatkan perkembangan wilayah Madura kurang pesat dibanding wilayah lainnya di Jawa Timur.
- Jembatan Suramadu merupakan bagian dari Pembangunan kawasan industri dan perumahan serta sektor lainnya dalam wilayah-wilayah di kedua sisi ujung jembatan.
Dukungan Alim Ulama dan tokoh masyarakat Madura kepada Gubernur Jawa Timur pada tgl 14 Januari 2002. - Dukungan DPR-RI terhadap pembangunan Jembatan Suramadu melalui surat ketua DPR-RI kepada Presiden RI No. KD.02/5857/DPR-RI/2002 tanggal 31 Oktober 2002.
Keputusan Presiden No. 79 tahun 2003 tentang Pembangunan Jembatan Surabaya – Madura.
Lokasi Pembangunan Jembatan Suramadu
Jarak terdekat tidak selalu menjadi titik terbaik. Dengan pertimbangan lalu-lintas, kondisi geologi, biaya, dan lingkungan sekitar, dipilih titik Kenjeran-Labang Pertumbuhan ekonomi menjadi kunci penting dalam perkembangan sebuah wilayah. Propinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk mencapai 33 juta jiwa, menjadi salah satu propinsi dengan kerapatan penduduk yang padat. Sebagai pintu gerbang Indonesia Timur, Jawa Timur juga memegang kunci penting laju industri dan perdagangan, maka tak dapat ditolak jika jalur transportasi menjadi bagian penting laju roda industri. Sementara di sisi lain, Pulau Madura yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur, mengalami kondisi yang kurang menguntungkan. Laju pertumbuhan ekonomi lambat dan income perkapita tertinggal. Pergerakan jalur transportasi yang terhambat membuat pembangunan jembatan Suramadu dinilai penting sebagai pembuka awal. Dengan Jembatan Suramadu , yang akan menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura melalui jalan darat, diharapkan ketimpangan sosial dapat segera direduksi. Arus transportasi yang cepat dan efektif akan membuat perkembangan Madura segera melejit, bersaing dengan daerah-daerah lain. Tata wilayah dan tata guna lahan juga akan terbentuk secara proporsional.
Titik-titik Alternatif
Terpilih Titik Alternatif ke-3
Kita mungkin sering mendengar, mengapa Jembatan Suramadu dibangun di daerah Kenjeran Surabaya? Bukan di Perak, Sukolilo, atau Gresik? Dari hasil studi dan kajian yang dilakukan oleh BPPT pada saat studi awal, terdapat 4 pilihan lokasi Jembatan Suramadu, yaitu Dan akhirnya yang terpilih adalah alternatif 3, Kenjeran – Labang. Pertimbangannya antara lain: Lintasan kapal relatif kecil, lebih kecil dari 2000 GRT (Gross Registered Tonnase). Tidak mengganggu kebutuhan manuver kapal serta jauh dari lintasan feri. Kedalaman laut rata-rata 17 meter dan kondisi geologi memungkinkan biaya konstruksi yang lebih rendah.
Kedua ujung jembatan merupakan daerah yang relatif datar dan terbuka, tidak banyak perumahan, dan dapat terhubung langsung dengan rencana jaringan jalan tol. Hasil studi amdal menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan masih dapat dikendalikan dengan mengikuti rekomendasi RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) dan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan). Di sisi Surabaya, ujung Jembatan Suramadu berlokasi di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran dan pada sisi Madura terletak di desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, kabupaten Bangkalan. Di sisi Surabaya, ujung jembatan terletak pada daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan laut dan kemiringan 0-2%, dan kondisi lahan pasang surut.
Di sisi Madura, ujung jembatan berada pada daerah perbukitan dengan dengan ketinggian 2-17 meter di atas permukaan laut yang merupakan perbukitan dengan kemiringan 2-15%. Titik awal centerline jembatan di sisi Surabaya terletak pada koordinat 7° 12′ 28,72″ LS dan 112° 46′ 40,47″ BT dan titik awal di sisi Madura terletak pada koordinat 7° 09′ 31,82″ LS dan 112ยบ 46’52,10″ BT. Azimuth Jembatan sebesar 3° 46′ 23″.
Di sisi Madura, ujung jembatan berada pada daerah perbukitan dengan dengan ketinggian 2-17 meter di atas permukaan laut yang merupakan perbukitan dengan kemiringan 2-15%. Titik awal centerline jembatan di sisi Surabaya terletak pada koordinat 7° 12′ 28,72″ LS dan 112° 46′ 40,47″ BT dan titik awal di sisi Madura terletak pada koordinat 7° 09′ 31,82″ LS dan 112ยบ 46’52,10″ BT. Azimuth Jembatan sebesar 3° 46′ 23″.
Kondisi Penyeberangan yang Padat
Satu-satunya akses dari Surabaya ke Pulau Madura dan sebaliknya adalah menggunakan penyeberangan kapal feri Perak-Kamal. Kondisinya saat ini sudah sangat padat. Jumlah armada kapal feri yang digunakan sebanyak 18 buah, yang rata-rata usianya juga sudah uzur. Feri-feri tersebut dikelola enam perusahaan, melalui tiga dermaga di masing-masing pelabuhan. Dengan jumlah feri dan penyeberang yang tak berimbang, menyebabkan waktu tunggu panjang. Dari survei yang dilakukan didapat volume lalu lintas feri per arah per hari di tahun 2002 adalah 315 buah kendaraan ringan, 1036 buah truk Kecil, 324 buah truk besar, 260 buah Bus dan 8128 buah sepeda motor.
Kapasitas feri yang tersedia tersebut sudah jenuh yang diindikasikan dengan waktu tunggu rata-rata kendaraan yang terjadi di pelabuhan Ujung maupun Kamal adalah 30 menit. Kecuali untuk jenis sepeda motor yang lebih leluasa menembus antrean. Sedangkan waktu yang digunakan untuk menaikkan penumpang dari pelabuhan ke atas feri selama 15 menit. Waktu tempuh yang diperlukan untuk penyeberangan 30 menit, dan waktu untuk menurunkan.penumpang 15 menit. Total waktu dibutuhkan sekitar 60 menit atau satu jam. Waktu ini akan semakin panjang ketika akhir pekan atau musim liburan. Menjelang Lebaran dan Hari Besar Islam malah sering tak terkendali. Budaya “toron” (pulang kampung) bagi masyarakat Madura seakan menu wajib bagi mereka. Akibatnya, peningkatan mobilitas manusia dan barang tak dapat terhindarkan. Di lain segi kapasitas feri tidak bisa ditambah karena dapat mengganggu alur pelayaran yang ada. Keberadaan Jembatan Madura diperkirakan dapat mengurangi waktu tempuh sebesar 60 menit untuk kendaraan yang berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan, 110 menit untuk kendaraan yang tidak berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan.
Pembangunan Jembatan Suramadu tidak hanya sekedar membangun jembatannya saja tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan perekonomian Madura yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.
Manfaat Jembatan Suramadu
Dalam review studi kelayakan Jembatan Surabaya-Madura tahun 2002, disebutkan ada beberapa pertimbangan mengenai dampak dan manfaat dari keberadaan Jembatan Suramadu. Di antaranya adalah:
Manfaat Langsung (Primary Benefit)
Manfaat langsung dari Jembatan Suramadu adalah meningkatnya kelancaran arus lalu lintas atau angkutan barang dan orang. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas berarti menghemat waktu dan biaya. Manfaat selanjutnya adalah merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat langsung lainnya yang dapat diperhitungkan adalah nilai penerimaan dari tarif tol yang diberlakukan. Transportasi barang dan orang yang semakin meningkat, akan meningkatkan penerimaan dari tarif tol.
Manfaat Tidak Langsung (Secondary Benefit)
Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder adalah multiplier effect dari Jembatan Suramadu. Ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh sekunder (secondary effect), antara lain: Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur Meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat. Di Madura, umumnya kegiatan ekonomi masih bertumpu pada sektor pertanian primer (tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan). Artinya pertanian atau sektor tradisional menjadi sektor andalan yang nampak dari perolehan PDRB terbesar dibandingkan sektor lain. Sektor lainnya adalah pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, restoran, angkutan, pos, komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Dampak Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto yang terjadi pada 4 (empat) kabupaten di wilayah Madura dapat dijelaskan: Dari data-data pada tabel Dampak Jembatan Suramadu terhadap Pertumbuhan PDRB di 4 Kabupaten di Madura, dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Bangkalan nilai pertumbuhan PDRB-nya paling besar di antara kabupatenkabupaten di Madura. Hal tersebut terjadi karena Bangkalan merupakan daerah yang paling menikmati keberadaan jembatan Suramadu. Apabila dilihat dari pertumbuhan PDRB dapat disimpulkan bahwa makin dekat dititik/ letak jembatan Suramadu akan semakin menunjukkan perubahan yang cepat akibat meningkatnya aktivitas ekonomi.
Peningkatan PDRB Kabupaten Bangkalan yang besar menunjukkan bahwa dampak jembatan Suramadu akan dapat mengembangkan sistem perekonomian yang ada, baik yang sudah berkembang maupun yang potensial untuk dikembangkan.
Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Penduduk
Semakin lancarnya transportasi akan menimbulkan dampak pergerakan orang maupun barang. Sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang terbanyak penduduknya adalah Sumenep, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Ternyata Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten yang menerima kelimpahan penduduk paling tinggi dibanding 3 kabupaten lainnya. Pada tahun 2035 atau setelah 30 tahun dibangunnya Jembatan Suramadu, maka jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan berjumlah 2,79 juta jiwa atau hampir dua kali lipat (98,98%) dibanding pertumbuhannya tanpa jembatan (1,40 juta jiwa). Dalam keadaan tersebut, tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun berkisar antara 2,02% – 3,16%.
Di Kabupaten Pamekasan, Sumenep, dan Sampang, tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun secara berturut-turut masing-masing berkisar antara 0,71%-0,51% atau dengan pertumbuhan yang cenderung menurun, 0,66%-1,45% dan 0,44%-0,50%. Jika jumlah penduduk dibandingkan dengan dan tanpa Jembatan Suramadu maka jumlah penduduk rata-rata per tahun di Bangkalan akan bertambah sebanyak 59,30%, Pamekasan (23,42%), Sumenep (18,65%), dan Sampang (12,62%).
Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Income per Kapita
Semakin lancarnya transportasi ternyata akan meningkatkan kegiatan ekonomi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan. Income per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang tertinggi income per kapitanya adalah Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Sampang, dan Pamekasan Jika income per kapita dibandingkan dalam keadaan dengan dan tanpa Jembatan Suramadu, maka income per kapita rata-rata per tahun di Bangkalan adalah akan bertambah sebanyak 93,63%, Pamekasan (48.68%). Sampang (42,57%) dan Sumenep (20,03%). Sesudah dibangunnya Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang tertinggi income per kapitanya adalah Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang. Tampaknya respon ekonomi Bangkalan tetap lebih kuat dibanding tiga kabupaten lainnya.
Jembatan Suramadu dan Pertumbuhan Kawasan Permukiman
Semakin lancarnya transportasi juga menimbulkan dampak pada pertumbuhan kawasan pemukiman. Sebelum dibangunnya income per kapita. Jembatan Suramadu, secara berturut-turut kabupaten yang terluas kawasan pemukimannya adalah Kabupaten Sumenep, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Setelah dibangunnya Jembatan Suramadu ternyata Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang memiliki kawasan pemukiman terluas dibanding 3 kabupaten lainnya. Akan tetapi kalau melihat perbandingannya terhadap luas areal lahan yang tersedia, Kabupaten Bangkalan yang mengalami pertumbuhan kawasan pemukiman lebih pesat dibandingkan dengan 3 kabupaten lainnya.
BAB II TINJAUN PUSTAKA
BUDIDAYA TEMBAKAU
Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( Aspek K-3 ).
Syarat Pertumbuhan
Syarat Pertumbuhan
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.
Pembibitan
- Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam.
- Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput
- Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag
- Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
- Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.
- Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan.
- Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.
- Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.
- Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.
Pengolahan Media Tanam
- Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu
- Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat.
- Lakukan pengapuran jika tanah masam
- Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 – 15 botol/ha
- Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan. Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan
Pembuatan Lubang Tanam
Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.
Cara Penanaman
Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.
Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.
Pemupukan
Dosis tergantung jenis tanah dan varietas
Waktu Pemupukan | Dosis Pupuk Makro (kg/ha) | ||
Urea/ZA | SP – 36 | KCl | |
Saat Tanam | - | 300 | - |
Umur 7 HST | 300 | - | 150 |
Umur 28 HST | 300 | - | 150 |
TOTAL | 600 | 300 | 300 |
Ket : HST = hari setelah tanam
Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.
Pengairan Dan Penyiraman
Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.
Pemangkasan
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga
Pengendalian Hama Dan Penyakit Hama
- Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA
- Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.
- Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.
- Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA
- Kutu – kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.
- Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
Penyakit
- Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.
- Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.
- Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
- Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
- Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
- Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.
Catatan :
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki
PANEN DAN PASCA PENEN
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
- Trash (apkiran): warna daun hitam
- Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
- Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
- More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.
BAB III
PEMASARAN TEMBAKAU MADURA
Uji Multilokasi Galur Harapan Tembakau Madura
Produksi rokok di Indonesia mengarah ke rokok ringan sehingga kebutuhan tembakau bermutu baik dan ringan meningkat. Bahan baku utama yang semakin banyak dibutuhkan adalah tembakau madura. Untuk memperbaiki mutu dan mengurangi kadar nikotinnya, tembakau madura disilangkan dengan tembakau oriental. Sebanyak 9 galur harapan telah diperoleh dan diuji multilokasi bersama Prancak-95 sebagai pembanding. Pada tahun 2002 pengujian dilaksanakan di (1) Palalang 1 dan (2) Bajang, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan serta (3) Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2003 pengujian dilanjutkan di (1) Palalang 2, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan serta (2) Bakeong dan (3) Por-dapor, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Pengujian di setiap lokasi menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Data dari semua percobaan dianalisis menggunakan program MSTAT. Anova menggunakan model 2 tahun, setiap tahun lokasi berubah. Analisis stabilitas menggunakan metode Eberhart dan Russell (1966). Tidak ada interaksi antara genotipe dengan tahun atau lokasi. Galur yang mempunyai nikotin lebih rendah dari Prancak-95 adalah 90/1 (2%) dan 93/2 (1.76%), masing-masing berkurang 13 dan 24% dari Prancak-95. Kedua galur tersebut stabil dan beradaptasi luas, galur 93/2 potensi hasilnya 0.892 ton/ha atau meningkat 11% dari Prancak-95, sedangkan 90/1 potensinya 0.798 ton/ha.
Analisis Komparasi Usahatani Tembakau Madura
Berdasarkan isu pembangunan pertanian untuk mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi, pemerintah telah menetapkan visi pembangunan pertanian yakni terwujudnya masyarakat petani yang sejahtera melalui pembangunan sitem agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan (Jabal Tarik Ibrahim 2000). Usaha yang cukup potensial di Kabupaten Pamekasan adalah tembakau. Tembakau bagi petani di Madura merupakan tanaman bergengsi, tanaman primadona dan kesenangan yang dapat memberikan harapan keuntungan yang besar atau merupakan sumber pendapatan yang cukup potensial bagi petani. Isdijoso et al 1998, menerangkan bahwa hasil usahatani tembakau Madura dapat menyumbang sebesar 60 % – 80 % terhadap total pendapatan petani.
Demikian juga keberhasilan usahatani tembakau sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian di Madura. Sebagai illustrasi pada musim tembakau tahun 2003 dengan produksi 18.391 ton rajangan kering dan harga rata – rata Rp. 20.370,- maka uang yang beredar dari perdagangan tembakau sebesar Rp. 374.624.670.000,-. Dampak lain terhadap perekonomian apabila panen tembakau yaitu banyak masyarakat membangun rumah, laku kerasnya penjualan kendaraan bermotor dan perhiasan emas, banyak petani menunaikan ibadah haji, memperlancar pembayaran PBB dan sebagainya. Dari segi sosial, jumlah petani yang menanam tembakau sebanyak 95.895 KK dan tenaga kerja yang terserap dalam budidaya tembakau sebanyak 287.685 orang(Anonymus, 2004).
Berlatar belakang kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan Analisis komparasi usahatani tembakau Madura yang ditanam di lahan gunung (tembakau gunung), yang ditanam di lahan tegal (tembakau tegal) dan yang ditanam di lahan sawah (tembakau sawah) di kabupaten Pamekasan, mengenai perbedaan usaha tani tembakau Madura di lahan tegal, gunung dan sawah, serta perbandingan efisiensi usaha tani tembakau Madura di lahan gunung dibandingkan dengan di lahan tegal dan sawah.
Penelitian dilaksanakan di desa Prekbun kecamatan Pademawu yang mewakili tembakau lahan sawah, desa Ponteh kecamatan Galis yang mewakili tembakau lahan tegal dan desa Palalang kematan Pakong yang mewakili tembakau lahan gunung. Penelitian menggunakan metode survei dengan penentuan lokasi secara purposive dan pengambilan sampel secara acak. Hssil penelitian disusun secara deskriptif dan tabulasi yang dilanjutkan analisis usahatani dan uji t untuk mengetahui tingkat perbedaan biaya produksi, penerimaan dan keuntungan masing masing jenis lahan. Lahan sawah digunakan untuk berusatani tembakau (100%), sedang pada lahan tegal hanya (60%) dan lahan gunung hanya mencapai (50%).
Usahatani tembakau pada karakteristik lahan yang berbeda memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh petani P<0.01. tembakau mempunyai keuntungan paling tinggi yaitu Rp 9.449.136 atau 2,8 kali keuntungan tembakau sawah dan 1,22 kali tembakau tegal. Sedang tingkat keuntungan tembakau tegal mencapai Rp 7.776.988 atau 2,31 kali tembakau sawah yang hanya mencapai tingkat keuntungan Rp 3.367.879. Ada perbedaan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani tembakau di lahan gunung, tegal dan gunung. Perbedaan tingkat biaya produksi usahatani tembakau sawah (Rp. 13.776.310,-) paling tinggi diikuti tegal (Rp. 13.594.368,-) dan gunung (Rp. 7.821.089,-) sangat nyata pada tingkat kepercayaan 0,01 (P<0,01). Perbedaan tingkat penerimaan usahatani tembakau sawah dengan tegal, tegal dengan gunung sangat nyata pada tingkat kepercayaan 0,01 (P<0,01), sedang pada sawah dengan gunung tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat kepercayaan 0,05 (P<0,05) Tingkat penerimaan usahatani tembakau tegal paling tinggi yaitu (Rp. 21.469.343,-) diikuti tembakau gunung (Rp. 17.576.600,-) dan tembakau sawah (Rp. 17.151.000,-) Tingkat perbedaan keuntungan usahatani tembakau Gunung paling tinggi yaitu (Rp. 9.755.511,-) diikuti tembakau tegal (Rp. 7.874.976,-) dan tembakau sawah (Rp. 3.374.690,-) yang sangat nyata dengan tingkat kepercayaan 0,01 (P<0,01). Usahatani tembakau pada lahan gunung paling efisien (R/C ratio = 2,21) yang diikuti tembakau tegal (R/C ratio =1,59) dan tembakau sawah (R/C ratio = 1,25).
Antara Peluang, Harapan, dan Tantangan Petani Tembakau
Bulan Agustus tak hanya menjadi bulan istimewa lantaran ada serangkaian kegiatan menuju peringatan hari kemerdekaan tiap tanggal 17. Di luar itu, Agustus menjadi bulan “emas” bagi petani tembakau. Sebab, pada Agustus panen raya tembakau dimulai. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini panen raya tembakau agak terlambat. Jika tahun sebelumnya panen raya dimulai awal Agustus, tahun ini diperkirakan baru dimulai pertengahan atau akhir Agustus.
Keterlambatan panen raya tembakau berkait erat dengan kemarau basah (La Nina) yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Namun, keterlambatan panen dipastikan tidak akan berpengaruh pada kualitas tembakau. Sebab, meski diwarnai La Nina, pertumbuhan tembakau tidak terpengaruh. Tembakau Madura diyakini akan tetap memiliki aroma khas yang tidak akan dimiliki tembakau lain. Karena itu, dapat dipastikan juga pabrikan senantiasa memperhitungkan keberadaan tembakau Madura. Lalu, mengapa warga masyarakat Madura, utama Sumenep, Pamekasan, dan Sampang, begitu mengandalkan tembakau sebagai komoditas utama? Bukankah banyak komoditas lain yang juga menguntungkan?
Jawabannya mudah. Sebab, warga Madura cenderung mengandalkan tembakau sebagai komoditas utama karena menguntungkan. Jawaban yang demikian ini sudah jamak dan menjadi pendapat umum. Tentu jawaban itu bukan tanpa alasan. Sebab, menanam tembakau masih menjadi primadona masyarakat Madura. Petani tetap menanam tembakau untuk menyambung hidup. Tembakau telah menjadi sumber penghasilan nomor wahid di Pulau Garam ini. Walaupun ada sumber daya lain yang bisa digarap oleh petani, namun hasilnya tidak sebesar ketika menanam tembakau. Mungkin ada jagung, semangka, bawang, dan palawija yang bisa ditanam. Hanya, sekali lagi, semua itu tidak bisa memberikan penghasilan yang besar bagi masyarakat.
Kini sebagian petani telah memasuki masa panen raya tembakau. Namun, jumlahnya tidak banyak. Hanya ada di beberapa daerah yang menanam tembakau lebih awal. Seperti di Kecamatan Bluto, Sumenep. Di Pamekasan, di beberapa desa di wilayah Kecamatan Waru dan Pakong. Namun, masih sedikit tembakau yang digali. Mengenai kualitas tembakau, diyakini tidak akan jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, meski dalam suasana La Nina, pertumbuhan tembakau sangat baik. Karena itu, dapat dipastikan kualitasnya juga akan baik. Apalagi, saat ini, petani mulai mengikuti anjuran teknis pola penanaman tembakau yang baik sebagaimana disampaikan pihak terkait. Selain itu, cuaca pada saat pertumbuhan tembakau juga cukup mendukung. “Kalau kualitas kita yakin akan tetap sama. Sebab, meski sempat ada La Nina, namun pertumbuhan tembakau tetap bagus,” ujar Abdillah Fuad Kuddah, anggota Komisi B DPRD Pamekasan.
Meski demikian, Abdillah tetap meminta petani memerhatikan teknis budidaya tembakau sebagaimana anjuran pihak terkait. “Meski cuaca bagus kalau teknis budidaya kurang bagus, kualitas bisa berpengaruh. Makanya, petani harus senantiasa memerhatikan teknis budidaya, termasuk perlakuan pra dan pasca panen,” jelasnya. Sementara itu, juru bicara PT Gudang Garam di Pamekasan H Sumarno kepada koran ini menegaskan, pembelian tembakau akan tetap menyesuaikan kualitas. Semakin bagus kualitasnya, akan semakin baik pula harga beli tembakau oleh pabrikan. “Seperti tahun sebelumnya, harga memang menyesuaikan dengan kualitas. Itu sudah pasti,” ujarnya saat dihubungi koran ini melalui saluran telepon kemarin. (akhmadi yasid)
KESIMPULAN
Tahun 2009 adalah pintu masuk dimulainya industrialisasi. Jembatan Suramadu diperkirakan selesai. Pulau Madura secara ekonomis menjadi bagian dari Pulau Jawa. Investasi di Madura sama (lebih) ekonomis dengan investasi di Surabaya. Harga tanah di Madura akan sama dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo maupun Mojokerto. Dengan demikian, Pulau Madura akan menjadi sasaran investasi pengusaha besar dan investor asing. Dengan tenaga kerja yang masih relatif murah, lahan yang masih luas, sumberdaya alam yang menantang, infrastruktur yang sangat mendukung (pelabuhan peti kemas akan disiapkan di daerah Tanjung Bumi, Bangkalan), maka dalam waktu singkat tidak bisa dicegah adanya hotel bintang lima, cafe, diskotik, spa, atau tempat hiburan lain yang akan dibangun di Madura.
Secara keseluruhan, Madura termasuk salah satu daerah miskin di Provinsi Jawa Timur. Tidak seperti Pulau Jawa, tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan lahan pertanian. Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan dan ketertinggalan. Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura, sehingga saat ini banyak masyarakat Madura tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura tergolong cukup banyak yang merantau. Dan, alhamdulillah banyak yang berhasil.
Selain tembakau, pertanian skala kecil (untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budidaya utama dalam pertanian di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga ada, walaupun dikelola dengan sangat sederhana. Untuk komoditi jagung dan singkong, ternyata kedua komoditi tersebut merupakan komoditi unggulan masa depan. Seluruh negara mencari komoditas tersebut, sebagai bahan pengganti energi minyak yang semakin menyusut.
Dengan demikian, masyarakat Madura meski masih sangat tertinggal, tapi memiliki potensi luar biasa dalam masa mendatang. Dengan adanya Suramadu, Madura akan dengan mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia. Dengan demikian, semestinya kata kunci dari mengatasi ketertinggalan adalah kepedulian.
Yang paling berperan dalam hal ini untuk tahap awal adalah pemerintah daerah, tokoh, dan politisi. Pemerintah harus segera bergerak untuk membuat sistem pelatihan yang berbasis pelayanan, balai latihan kerja segera kembali dioptimalkan. Siapkan segera putra putri Madura untuk dilatih dan diberikan pendidikan dan pengetahuan yang terfokus pada sektor pelayanan. Sebab, sektor inilah yang nantinya dibutuhkan lebih awal.
Kerahkan semua kekuatan dari sekarang. Seluruh kabupaten harus bersatu padu. Pemberdayaan masyarakat dan fasilitas kepada rakyat jangan bicara untung-rugi. Rakyat adalah pemegang saham. Mereka harus disiapkan.
Yang paling berperan dalam hal ini untuk tahap awal adalah pemerintah daerah, tokoh, dan politisi. Pemerintah harus segera bergerak untuk membuat sistem pelatihan yang berbasis pelayanan, balai latihan kerja segera kembali dioptimalkan. Siapkan segera putra putri Madura untuk dilatih dan diberikan pendidikan dan pengetahuan yang terfokus pada sektor pelayanan. Sebab, sektor inilah yang nantinya dibutuhkan lebih awal.
Kerahkan semua kekuatan dari sekarang. Seluruh kabupaten harus bersatu padu. Pemberdayaan masyarakat dan fasilitas kepada rakyat jangan bicara untung-rugi. Rakyat adalah pemegang saham. Mereka harus disiapkan.
Segera buat kesepakatan bersama (empat pemkab) terkait perizinan kemudahan bagi investor dan keharusan memakai tenaga kerja lokal (Madura) dengan persentase tertentu. Bebankan biaya pemberdayaan yang khusus digunakan untuk membiayai ”program capacity building” bagi masyarakat Madura. Jangan sampai industrialisasi Madura, menempatkan masyarakat Madura sebagai penonton dan menjadi tamu di rumah sendiri. Kita akan kembali tertinggal dan masyarakat Madura tetap miskin. Sementara industri mengambil keuntungan dari tanah dan sumberdaya alam Madura.
Tokoh agama dan masyarakat harus segera mengambil peran dengan mendesak memberikan pengertian kepada rakyat untuk lebih bersemangat belajar. Usulkan pada pemda agar menganggarkan program pemberdayaan masyarakat. Mintakan bantuan Unijoyo, Unira, Unija, dan sejumlah lembaga pendidikan untuk terlibat melaksanakan program tersebut.
Tokoh agama dan masyarakat harus segera mengambil peran dengan mendesak memberikan pengertian kepada rakyat untuk lebih bersemangat belajar. Usulkan pada pemda agar menganggarkan program pemberdayaan masyarakat. Mintakan bantuan Unijoyo, Unira, Unija, dan sejumlah lembaga pendidikan untuk terlibat melaksanakan program tersebut.
Serahkan pemberdayaan kepada kalangan universitas dan LSM terbaik. Sebab, mereka-lah sebenarnya yang sampai saat ini masih memiliki kepekaan sosial yang tinggi tanpa melibatkan kepentingan politik dan kepentingan sesaat. LSM dan kalangan perguruan tinggi dapat dijadikan wakil pemerintah dalam menguji, mengevaluasi, dan menyosialisasikan kinerja pemerintah di hadapan rakyatnya.
Semua bupati di Madura saat ini adalah pilihan rakyat. Mereka dipilih langsung dan rakyat menghendaki para bupati untuk mengatur daerahnya. Patut diakui, sejak sistem politik seperti ini dilakukan, Madura sudah mengalami perubahan. Mereka berlomba membangun daerahnya sesuai janji kampanye. Jalan desa dibangun, akses investasi dibuka lebar-lebar, dan siapa pun boleh berbicara dan mengritik secara langsung. Hal ini tidak pernah kita temui di zaman Orde Baru.
Kelemahan yang masih belum ditangani adalah pendidikan kewirausahaan (entreprenuer), karena masyoritas rakyat Madura masih lemah dalam berbisnis. Petani tidak ditempatkan sebagai pengusaha, tapi ditempatkan sebagai buruh yang berbuat sesuatu untuk pengusaha. Pemikiran seperti ini harus segera diubah. Jadikan, petani itu sebagai pengusaha pertanian, sehingga dapat duduk sejajar dengan para tengkulak dan calon pembeli. Caranya? Lakukan bisnis dengan petani. Caranya, menyediakan kebutuhan pertanian dan membeli hasilnya dengan cara wajar. Itu saja sudah cukup….!
Sedangkan di tingkat pedagang, pengusaha kecil dan pengrajin harus disediakan informasi perdagangan dan kerangka penjaminan dengan pihak perbankan. Sehingga para pengusaha Madura dengan mudah dapat berhubungan dengan perbankan dalam hal akses permodalan maupun fasilitas transaksi perdagangan antarpulau serta informasi lintas kabupaten sebagai akses mendapatkan proyek dan bahan-baku untuk dibisniskan. Masyarakat Madura harus siap..!!!
Daftar pustaka
1) Http://Www. Google. Sejarah tembakau madura Oleh : M. Muhri Zaien 21/07/2007
2) Http://Www. Google. Kesulitan petani madura Abdul Azis Senin, 08 Jun 2009 09:50:25
3) Http://Www. Google. Kesulitan petani madura Adul Azis Jumat, 05 Jun 2009 12:58:05
4) Http://Www. Google. Muh.Fadiluddin on Juni 5th, 2009 at 18:07
5) http://radarmaduranews.com/Achsanul Qosasi Posted by kabarmadura On Monday, 5 January 2009 16:08 WIB
6) Http://Www. Google. Ir A.G Ismail MSc, Nakhoda Suramadu 04-06-2009
7) Http://Www. Google. oleh myzavier Jumat, 2009 Mei 29
8) Http://Www. Google. Joko Sulistiyo Minggu, Agustus 2008
9) Http://Www. Google. Suwarso, A.S. Murdiyati; Anik Herawati; Gembong Dalmadiyo; Joko Hartono; Slamet; dan K. Achmad Farid Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat 14/06/2007
10) Http://Www. Google. Muhammad Fauzan Jaka Permana (00720034) 2004/10/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar